Friday, March 7, 2014

Active Income : Sampai kapan Anda bekerja ?

Buat wisatawan pemandangan di atas sungguh indah dan bisa menjadi objek fotografi. Ketenangan ombak pantai nelayan pada sore hari memberikan suatu romantisme dan kesan khusus tersendiri.
Sebaliknya buat nelayan, pemandangan seperti ini adalah ‘makanan’ sehari-hari. Jika bekerja ada harapan pada hari itu mendapatkan rejeki. Bahkan adakalanya sudah pergi bekerja pun rejeki tidak diperoleh bahkan kadangkala malah buntung. Jadi suka tidak suka, mau tidak mau, jika menginginkan rejeki harus berkangkat bekerja.
Inilah yang disebut active income. Rejeki atau pendapatan ayng diperoleh karena secara pribadi bekerja dan berada langsung/terlibat langsung/mengeluarkan keringat adalah active income.
Orang mulai bekerja umumnya mulai umur 18 tahun. Jika waktu berhenti bekerja (belum tentu punya pensiun) adlah umur 60 tahun, maka jangka waktu produktif pekerja adalah 42 tahun.
Selama jangka waktu bekerja selama itu, ada saja kebutuhan pribadi / keluarga, umumnya adalah makanan, sandang, papan, komunikasi dan transportasi.
Jika UMR (Upah Minimum Regional) saat ini dibulatkan Rp. 1 juta, maka dalam 42 tahun dalam hitungan sederhana harusnya diperoleh pendapatan lebih dari Rp. 500 juta. Tetapi nyatanya secara umum untuk menyisihkan buat sandang dan papan agak sulit bahkan untuk kelompok penghasilan menengah. Harga-harga kian lama selalu naik alias selalu ada inflasi (kenaikan harga barang kebutuhan).
Dengan terbatasnya active income, maka perlu diperhatikan 3 hal :
  1. Pengelolaan Pengeluaran secara bijak, satu tujuan yang pasti pengeluaran bulanan harus lebih kecil dari  pendapatan. Jika  tidak memungkinkan atau untuk perbaikan, pengeluaran dibatalkan, ditunda atau disubtitusi. Cara lainnya ditingkatkan pendapatan (tentunya yang halal).
  2. Merubah atau menciptakan massive income dan atau passive income,akan dibahas detail dalam tulisan lain.
  3. Mempersiapkan segala kemungkinan, dalam arti bahwa kita berencana Tuhan menentukan, namun tetap kita wajib mempersiapkan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Secara singkat sebaiknya berfikir jangka panjang agar setidaknya kebutuhan dasar dan pendidikan (pengembangan diri) diamankan.
Singkatnya buatlah kita dan keluarga tersenyum bukan hanya jangka pendek tetapi jangka panjang.